E-Consultant

Gabungan Kelompok Tani Makmur ini adalah gabungan kelompok-kelompok tani yang ada dii Cikeruh, Jatinangor, Sumedang.
Menurut hasil pengamatan dan wawancara, bahwa gabungan kelompok ini membutuhkan informasi yang ada dibawah ini:
1. Teknologi Usaha Tani Padi
2. Pemasaran Padi
3. Memaksimalkan Organisasi
4. Memaksimalkan Manajemen
TEKNOLOGI USAHA TANI PADI

1. Budidaya Padi dengan Pendekatan Teknologi SRI (System of Rice Intensification)


Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri dan menekan serta menghilangkan impor beras adalah melalui ekstensifikasi dan intensifikasi lahan tanaman padi dengan penerapan inovasi teknologi budidaya padi. Inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi salah satunya dengan pendekatan teknologi System of Rice Intensification (SRI). SRI merupakan suatu teknik budidaya padi dengan memanfaatkan teknik pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Dimana melalui teknologi SRI diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi 50 persen bahkan mampu mencapai 100 persen. Selain itu, teknik budidaya padi SRI merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan karena mengutamakan penggunaan bahan organik sehingga mampu mendukung terhadap pemulihan kondisi lahan yang cenderung mengalami leveling-off.

KONSEP DAN PRINSIP SRI
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu inovasi metode budidaya padi yang diperkenalkan pada tahun 1983 di Madagaskar oleh pastor sekaligus agrikulturis asal Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang telah bertugas di Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah singkatan dari "Systeme de Riziculture Intensive" dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Di Madagaskar, hasil metode SRI sangat memuaskan dimana pada beberapa tanah tidak subur dengan produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani.
Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. Saat itu, SRI hanya dikenal setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir 1990-an, SRI mulai mendunia berkat Prof. Norman Uphoff, mantan direktur CIIFAD.
Tahun 1997, Dr. Norman Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor, Indonesia; untuk pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu di China dan Indonesia. Pengujian SRI di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Penelitian Tanaman Padi (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development/IAARD) di pusat penelitiannya di Sukamandi, jawa Barat. Hasil pengujian diperoleh bahwa, panen dengan metode SRI sebesar 6,2 ton/ha sedangkan hasil dari petak control sebesar 4,1 ton/ha, sehingga ada peningkatan hasil sebesar 66,12 persen. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25 negara dengan hasil panen berkisar 7 – 10 ton/ha.
Prinsip budidaya padi dengan metode SRI, antara lain:
1.      Tanam bibit muda berusia antara 7 – 12 hari setelah semai (HSS) ketika bibit masih berdaun 2 (dua) helai. Penggunaan bibit muda berkaitan dengan bahwa penggunaan bibit padi yang berumur 5 – 15 HSS menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih cepat karena daya jelajah akar lebih jauh sehingga perkembangan akar menjadi maksimal pada akhirnya kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi. Selain itu, penggunaan bibit berumur 10 hari, akan menghasilkan jumlah anakan maksimal 30 – 50 batang dalam setiap rumpunnya.
2.      Tanam tunggal atau tanam bibit satu lubang satu bibit.
Penggunaan satu bibit per lubang tanam bermanfaat untuk mengurangi kompetisi serta meningkatkan potensi anakan produktif per rumpun.
3.      Jarak tanam lebar.
Jarak tanam yang lebar dengan lebar, yaitu: 25 x 25 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm atau bahkan lebih. Penggunaan jarak tanam lebar bertujuan untuk meningkatkan jumlah anakan produktif. Penggunaan jarak tanam yang cukup lebar didasarkan pada kebutuhan makanan bagi tanaman, mendorong pertumbuhan akar secara maksimal, dan memaksimalkan sinar matahari yang masuk secara optimal. Selain itu, dengan menggunakan jarak tanam yang cukup, tanaman dapat tumbuh berkembang dengan baik dan menghasilkan produksi secara baik pula.
4.      Pindah tanam harus segera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
5.      Sistem pengairan intermitten atau sistem pengairan berselang.
Pengairan teknik berselang, yaitu air di areal pertanaman diatur pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian dalam periode tertentu, dimana pemberian air maksimum 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah. Padi merupakan tanaman tumbuh optimal pada tanah yang lembab dan becek sebagai syarat tumbuh. Untuk itu, tanaman padi sebenarnya tidak perlu air yang melimpah (penggenangan), namun juga tidak dalam situasi tanah kering. Dengan pengaturan air yang baik, akan terjaga aerasi tanah yang baik pula dimana aerasi yang baik adalah syarat tumbuh yang baik bagi tanaman padi. Apabila sawah selalu digenangi air maka aerasi (siklus udara dalam tanah) tidak masimal sehingga tanah menjadi asam.
6.      Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3 kali dengan interval 10 hari.
7.      Penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.
Sedangkan keunggulan dari metode SRI, antara lain: (1) Dengan sistem pengairan berselang, pemakaian air dapat dihemat hingga 50 persen. Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 cm paling baik kondisi macak-macak sekitar 5 mm dan terdapat periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus). (2) Tanam bibit muda mampu mengurangi stres tanaman saat di pindahtanam. (3) Hemat biaya, karena hanya membutuhkan benih sebanyak 5 kg/ha, tidak membutuhkan biaya pencabutan bibit, tidak membutuhkan biaya pindah bibit, meminimalkan tenaga tanam, dan lain-lain. (4) Hemat waktu, ditanam pada saat bibit berumur muda yaitu 7 - 12 hari setelah semai sehingga waktu panen akan lebih awal. (5) Produksi meningkat, bahkan di beberapa tempat mampu mencapai 11 ton/ha atau bahkan lebih. (6) Ramah lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia akan dikurangi dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan MOL), begitu juga penggunaan pestisida.

TEKNIK BUDIDAYA SRI
Penyiapan dan Pengolahan Lahan
Proses awal pengolahan lahan adalah dengan dibajak untuk membalikkan tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan juga menghancurkan gulma setelah sebelumnya lahan digenangi air selama beberapa hari agar tanahnya menjadi lunak. Setelah pembajakan pertama lahan sawah dibiarkan tergenang beberapa hari dan kemudian dilakukan pembajakan kedua. Kedalaman dari pelumpuran lahan turut menentukan pertumbuhan tanaman dan sebaiknya kedalaman pelumpuran tersebut setidaknya mencapai 30 cm. Selain itu juga dilakukan perbaikan pematang sawah agar lahan sawah tidak bocor dan tidak ditumbuhi tanaman liar dan untuk menghindari tikus bersarang di pematang sawah.
Pupuk organik (kompos/kandang) sebagai pupuk dasar dapat ditebarkan sebelum pekerjaan penggaruan sehingga pada saat digaru pupuk organik (kompos/kandang) dapat bercampur dengan tanah sawah atau juga dapat ditebar setelah proses pembajakan, sehingga pupuk organik (kompos/kandang) dapat tercampur dengan tanah sawah secara merata dan tidak terbuang terbawa aliran air. Penggaruan selain untuk makin memperhalus butiran tanah sehingga menjadi lumpur juga sekaligus bertujuan untuk meratakan lahan.
Jumlah penggunaan pupuk organik sebagai pupuk dasar yang ideal adalah sebanyak 1 kg untuk setiap 1 m2 luas lahan atau sebanyak 10 ton per hektar. Hal ini berkaitan bahwa kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik dapat berkurang disesuaikan dengan kebutuhan.
Perataan lahan merupakan proses yang sangat penting karena lahan harus benar-benar rata dan datar sehingga akan memudahkan dalam pengaturan air nantinya sesuai dengan keperluan. Selanjutnya area penanaman padi parit keliling dan melintang petak atau dibuat dalam baris-baris atau petakan yang dipisahkan dengan jalur pengairan/parit dengan lebar petakan sekitar 2 m untuk memudahkan dan meratakan rembesan air ke seluruh area tanaman padi dan membuang kelebihan air. Dapat juga letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.

Persiapan Benih
Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan cara penyeleksian menggunakan larutan air garam dengan langkah sebagai berikut:
1.      Masukkan air bersih ke dalam ember/panci, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut.
2.      Masukkan telur ayam/itik/bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur belum mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian garam dianggap cukup apabila posisi telur mengapung pada permukaan larutan garam karena berat jenisnya menjadi lebih rendah daripada air garam.
3.      Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panci yang berisi larutan garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
4.      Pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
5.      Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai bersih. Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.
Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempercepat benih untuk berkecambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai 48 jam.
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempatyang lembab. Penganginan dilakukan selama 24 jam.

Persemaian Benih
Persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu persemaian pada lahan dan persemaian dengan media tempat. Persemaian pada lahan adalah persemaian yang langsung dilakukan di lahan pertanian, seperti pada sistem konvensional. Sedangkan persemaian dengan media tempat yaitu persemaian yang menggunakan wadah berupa kotak/besek/wonca/pipiti yang ditempatkan di areal terbuka untuk mendapatkan sinar matahari.
Pembuatan media persemaian dengan penggunaan wadah ini dimaksudkan untuk memudahkan pengangkutan dan penyeleksian benih. Untuk lahan seluas satu hektar dibutuhkan wadah persemaian dengan ukuran 20 cm x 20 cm sebanyak 400 – 500 buah. Kotak/besek/wonca/pipiti bisa juga diganti dengan wadah lain seperti pelepah pisang atau belahan buluh bambu. Pembuatan media persemaian dengan menggunakan wadah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencampur tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1.
2. Sebelum wadah tempat pembibitan diisi dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik, terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang atau plastik dengan tujuan untuk mempermudah pencabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab.
3. Tebarkan benih ke dalam wadah. Jumlah benih per wadah antara 300 – 350 biji.
4. Setelah benih ditabur, kemudian tutup benih dengan arang sekam sampai rata menutupi benih.
5. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari gangguan ayam atau binatang lain.
6. Selama masa persemaian, lakukan penyiraman setiap pagi dan sore apabila tidak turun hujan agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar.
Pada pembuatan media persemaian pada lahan, tanah untuk penyemaian tidak menggunakan tanah sawah tetapi menggunakan tanah darat yang gembur yang dicampur dengan pupuk organik/kompos dengan perbandingan 2:1 atau 1:1 dan dapat juga ditambah abu bakar agar medianya semakin gembur sehingga benih mudah diambil dari penyemaian untuk menghindari putusnya akar. Luas area untuk penyemaian ideal adalah sekitar 20 m2 untuk setiap 5 kg benih.
Penyemaian yang dilakukan di sawah, tempat penyemaian dibuat menjadi berupa guludan dengan ketinggian tanah sekitar 15 cm, lebar sekitar 125 cm dan seluruh pinggirannya ditahan dengan papan, triplek atau batang pisang untuk mencegah erosi. Benih yang sudah ditebar kemudian ditutup lagi dengan lapisan tipis tanah atau kompos atau abu bakar untuk mempertahankan kelembabannya kemudian ditutup lagi dengan jerami atau daun kelapa untuk menghindari dimakan burung dan gangguan dari air hujan sampai tumbuh tunas dengan tinggi sekitar 1 cm.

Penanaman
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam diantaranya: jarak tanam 25 x 25 cm, 30 x 30 cm, 35 x 35 cm, atau jarak tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar dimana setiap pertemuan garis dari hasil penggarisan dengan caplak adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.
Bibit ditanam pada umur muda yaitu berumur 7 – 12 hari setelah semai (hss) atau ketika bibit masih berdaun 2 helai. Pengambilan bibit pada persemaian di lahan sawah dilakukan dengan hati-hati dengan cara diambil dengan media tanam (tanah) dengan ketebalan sekitar 10 cm. Pengambilan bibit pada persemaian tidak dianjurkan dengan cara dicabut/ditarik kemudian diikat dan ditumpuk. Kemudian kumpulan bibit tersebut ditempatkan dalam suatu wadah seperti pelepah pisang, potongan bambu atau lainnya untuk memudahkan memindahkan ke tempat penanaman. Pemindahan dan penanaman harus dilakukan secepat mungkin dalam waktu kurang dari 30 menit untuk menghindari trauma dan shok. Sedangkan bibit yang ditanam menggunakan wadah akan lebih mudah membawanya ke tempat penanaman.
Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 – 1,5 cm serta bentuk perakaran saat penanaman horizontal seperti huruf L dengan kondisi tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air.

Penyiangan
Penyiangan (gosrok/matun) dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang seperti gasrok, landak atau rotary weeder atau dengan alat jenis apapun dengan tujuan untuk membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah. Penyiangan dengan gasrok atau mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput, juga dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah bertujuan agar tercipta kondisi aerob di dalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi akar-akar tanaman padi yang ada di dalam tanah.
Penyiangan dilakukan minimal 3 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam (HST) dan selanjutnya penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 20 HST. Penyiangan ketiga pada umur 30 HST dan penyiangan keempat pada umur 40 HST.

Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mempertahankan status hara dalam tanah, menyediakan dan menambahkan unsur hara secara seimbang bagi pertumbuhan atau perkembangan tanaman, serta meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan untuk menambahkan unsur hara dapat dilakukan dengan penyemprotan pupuk organik cair (POC) atau dapat juga disebut dengan MOL (mikroorganisme lokal). Penyemprotan MOL tidak hanya memberikan tambahan unsur hara ke dalam tanah, tetapi juga menambahkan kelimpahan bakteri pengurai ke dalam tanah untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan mengurai hara yang komplek menjadi lebih sederhana agar lebih cepat diserap oleh tanaman. Selain itu, penyemprotan MOL sebainya di arahkan ke tanah bukan ke tanaman.
Konsentrasi larutan dalam penyemprotan MOL diharapkan jangan terlalu pekat untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi yang berlebihan pada tanah yang mengakibatkan akan menguningnya tanaman untuk sementara karena unsur N yang ada dipergunakan oleh bakteri pengurai untuk aktivitasnya. Proses dekomposisi yang berlebihan juga akan terjadi bila menggunakan pupuk kandang atau daun-daunan segar secara langsung ke sawah tanpa proses pengkomposan terlebih dahulu sehingga tidak baik bila diaplikasikan pada sawah yang sudah ada tanaman padinya. Tetapi resiko penggunaan MOL atau POC yang berlebihan atau terlalu pekat tetap akan jauh lebih ringan daripada penggunaan bahan kimia.
Interval penyemprotan MOL dilakukan setiap 10 hari sekali, dimana penyemprotan MOL kaya kandungan N dapat dilakukan pada usia tanaman padi 10 – 40 hari setelah tanam (HST) tetapi penyemprotan MOL kaya N juga dapat dilakukan kapanpun apabila diperlukan pada kondisi padi terlihat mengalami kahat/kekurangan N dengan gejala daun menguning. Penyemprotan MOL yang kaya P dan K sebanyak 2 atau 3 kali saat tanaman padi sudah memasuki usia sekitar 60 HST untuk memperbaiki kualitas pengisian gabah dengan interval penyemprotan setiap 10 hari.
Sehingga, penyemprotan dengan MOL dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Penyemprotan I, dilakukan pada saat umur 10 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari daun gamal, rebung atau keong mas dengan dosis 20 liter/ha.
2.      Penyemprotan II, dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari daun gamal, rebung atau keong mas, dengan dosis 30 liter/ha.
3.      Penyemprotan III, dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari urine sapi, rebung atau keong mas, dengan dosis 30 liter/ha.
4.      Penyemprotan IV, dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
5.      Penyemprotan V, dilakukan pada saat umur 50 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari serabut kelapa, dengan dosis 30 liter/ha.
6.      Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari buah-buahan, sayur-sayuran atau nasi dengan dosis 30 liter/ha.
7.      Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari buah-buahan, sayur-sayuran atau nasi, dengan dosis 30 liter/ha.
8.      Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha.

Pengelolaan Air
Pola pengaturan air dengan pendekatan teknologi SRI adalah dengan pengairan berselang atau intermitten. Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian sesuai fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lahan. Pengairan berselang dapat menghemat pemakaian air antara 15 – 30 persen tanpa menurunkan hasil panen.
Proses pengelolaan air dengan pengairan berselang dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak (ketinggian genangan ± 0,5 cm).
2.      Pergiliran air dilakukan selang 3 – 5 hari, tinggi genangan pada hari pertama maksimal 3 cm dan lahan sawah diairi lagi pada hari ke 5. Cara pengairan ini berlangsung sampai fase anakan maksimal.
3.      Petakan sawah digenangi mulai dari kondisi macak-macak (0,5 cm) hingga tinggi genangan 3 cm secara terus-menerus mulai dari fase pembentukan malai/fase berbunga sampai pengisian biji.
4.      Pada saat melakukan pemupukan atau penyemprotan MOL kondisi sawah tidak tergenang.
5.      Sekitar 10 – 15 hari sebelum panen, sawah dikeringkan.
6.      Pengecekan kondisi air dapat menggunakan alat sederhana yaitu pipa dari paralon yang sisi-sisinya dilubangi atau bahan lain yang ditanam ditanah. Petakan sawah diari apabila permukaan air berada pada pada kedalaman lebih dari -15.

Tabel 1. Teknik pengairan berselang

Umur Tanaman (hst)
Kondisi Tanaman dan Kondisi Pengairan
Tinggi Genangan (cm)
0
Saat pindah tanam kondisi macak-macak
0 – 0,5
3 – 30
Pergiliran air dengan selang 3 – 5 hari dari fase anakan aktif hingga anakan maksimum
0 – 3
35 – 90
Petak sawah digenangi secara terus menerus dari fase berbunga hingga pengisian biji
0 – 3
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80
Saat pemupukan kondisi sawah tidak tergenang/ macak-macak
0 – 0,5
95 - 105
10 – 15 hari sebelum panen lahan sawah dikeringkan
0
Keunggulan dari pengairan berselang, antara lain: 1) Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas; 2) Memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam; 3) Mencegah timbulnya keracunan besi; 4) Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar; 5) Mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat; 6) Mengurangi kerebahan tanaman; 7) Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah); 8) Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen; 9) Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah); dan 10) Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.


Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan teknologi SRI dilakukan dengan sistem pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), yaitu usaha pengelolaan OPT yang menggunakan beberapa cara pengendalian yang sesuai dalam satu sistem kompatibel dengan memanfaatkan dan mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti: matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Sehingga, pengendalian organisme pengganggu tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati, pestisida biologi, dan agensia hayati.

Pemanenan
Penanganan panen dan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu: penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, perontokan, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis. 
  • Pengamatan Visual. 
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 persen butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan serta malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi. 
  • Pengamatan Teoritis. 
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 persen pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 persen pada musim penghujan.
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 persen apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat

2.Berbudidaya Padi dengan Bebek


Sumber ini admin (pengelola blog) dapatkan dari salah satu blog yang merupakan hasil percobaan budidaya di Jepang. Berbudidaya padi sawah dengan bebek ini ia namakan sebagai Pertanian Terpadu Padi dan Bebek. Cara pengerjaannya adalah :
a.       Sawah padi ditutup dengan pagar bambu, jaring, aliran listrik, dan bahan-bahan lainnya. Penutupan sawah ini bertujuan untuk menjaga bebek dari terkaman predator (pemangsa bebek) dan mencegah bebek lepas keluar sawah
b.      Satu sampai dua minggu setelah penanaman bibit padi, anak bebek yang berumur 1-2 minggu dilepas di sawah dengan jumlah yang proporsional yaitu 20-30 ekor per 10 are.
c.       Anak bebek dipelihara dengan cara melepaskannya di sawah baik siang maupun malam sampai dengan saatnya bulir padi terbentuk (di Jepang sekitar 2-3 bulan). Seperti dilakukan di pedesaan di Negara Asia pada umumnya bebek hanya dilepas di sawah pada siang hari saja kemudian digiring masuk kandang pada sore hari dengan alasan untuk mencegah bebek tersebut dicuri orang.
Untuk percobaan, dilepaskan anak Aigamo di sawah padi setelah penanaman bibit padi. Anak bebek akan berenang keseluruh penjuru sawah padi, dengan rakus memakan rumput liar (gulma), serangga, katak, berudu dan lumpur di sawah padi. Anak bebek ini akan tumbuh dengan cepat. Tanaman padinya akan terbajak dengan baik, keluar cabang dengan baik, dan tumbuh dengan pesat.
Manfaat yang akan di dapat dalam budidaya ini adalah :
Bagi bebek :
Padi mempunyai manfaat

  • Manfaat untuk penyiangan
  • Manfaat pengendalian hama dan penyakit
  • Manfaat pemupukkan
  • Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang waktu
  • Manfaat mengendalikan keong emas
  •  Manfaat stimulasi pertumbuhan padi

Bebek mempunyai manfaat
  • Penggunaan sumber alami sebagai makanan seperti gulma, serangga, air tanaman
  • Penggunaan ruang yang tersisa di sawah padi sebagai habitat bebek
  • Penggunaan air yang berlimpah
  • Sebagai tempat bebek bersembunyi di bawah daun padi
Pada beberapa tahun belakangan ini, system ini menjadi bertambah variasinya dengan adanya penambahan ikan, azolla, dan peningkatan-nitrogen.

Bebek sebagai binatang pekerja yang bahagia
Pertanian model lama, begitu mudahnya menggunakan pestida, herbisida, dan pupuk kimia, tetapi mereka perlu input dari luar lainnya yaitu perlu tenaga untuk menyemprotkannya pada hamparan sawah padi. Dan kalau menggunakan mesin spray, diperlukan orang lagi untuk menjalankan mesin tersebut.
Akan tetapi, pada pertanian terpadu padi dan bebek, bebek di sawah padi dapat melakukan semua aktifitas baik penyiangan gulma, pembasmian hama, maupun pemupukan. Tidak diperlukan manejemen yang sulit .atau input tenaga tambahan banyak. Maka dari itu bebek disebut “tenaga kerja binatang”. Tenaga kerja bebek sama sekali berbeda dengan tenaga kerja binatang lain seperti kuda untuk menarik muatan barang yang berat atau sapi yang digunakan untuk membajak sawah.
Kuda dan sapi dipekerjakan di lapangan mengeluarkan energi banyak, sedangkan bebek melaksanakan kerjanya sambil makan, bermain, buang kotoran dan tidur, kegiatan yang menyenangkan. Sebagai hasil bebek dan padi tumbuh secara alami. Sebenarnya bebek tersebut tidak bekerja dengan perintah tertentu, tetapi bebek dapat bergerak bebas dan senang. Kita dapat mengatakan disini bahwa bebek merupakan “binatang pekerja yang bahagia”
Bebek dapat bermain dan bergerak lebih bebas di sawah padi, dibanding broiler yang berada dalam kandang ayam yang padat dan sedikit angin. Furuno san suka pada pertanian terpadu padi dan bebek sebagai “peternakan bebas”.
Bebek tidak hanya bekerja, tetapi juga memupuk padi dan melakukan banyak peran. Pertanian terpadu padi dan bebek dapat kita dinikmati. Metoda peternakan ini dengan jelas dapat memanfaatkan potensi secara penuh peternakan di Asia.

Potensi ketahanan siklus ekosistem
Petanian padi modern menciptakan sistem yang melemah
Pada setiap pertengahan bulan Juni kita dapat menikmati keindahan pemandangan sawah padi di seluruh Jepang. Dalam rangka mengurangi timbulnya gulma, hama, dan penyakit, pada pertanian organik tradisional, dalam penanaman sayur-sayuran, biasa dilakukan pergantian komoditi tanaman, pergantian lahan, dan tumpangsari tanaman dengan menggunakan berbagai varietas sayur-sayuran. Akan tetapi pada pertanian padi modern, hanya difokuskan pada produksi jangka pendek dengan menggunakan sedikit pekerja. Pada kasus pertanian padi organik, juga hanya satu jenis komoditi yang ditanam.


Diversifikasi yang kreatif
Dengan melepas bebek dalam satu tanaman monoculture padi saja, kita dapat meningkatkan keanekaragaman tumbuhan sambil mengendalikan pertumbuhan (seperti diversifikasi) gulma dan hama penyakit. Kalau kita dapat membuat ekosistem yang baru dan beranekaragam dimana padi, bebek dan tanaman air tumbuh bersama. Ini yang diinginkan dalam pertanian terpadu padi dan bebek. Sejak tahun 1993, Furuno san berusaha meneruskan peningkatan keaneragaman dengan memasukan azolla, paku air untuk peningkatan nitrogen ke dalam sawah padi dan bebek. Yang menarik dalam pertanian terpadu padi bebek adalah bagaimana meningkatan keaneragaman secara kreatif yang dapat meningkatkan produktivitas.

Pertanian padi sebagai siklus ekosistem yang kekal
Untuk memperlihatkan dengan jelas ciri khas pertanian terpadu padi dan bebek, Furuno san membuat perbandingan sekema siklus ekosistem “pertanian padi modern”, “pertanian padi organik” dan “pertanian terbadu padi dan bebek”. Pengembangan pertanian padi modern dengan ciri melakukan penggantian tenaga kerja dengan sejumlah energi bahan bakar fosil yang diimpor disertai input eksternal lainnya.
Pada pertanian padi organik, polusi yang ditimbulkan relatif lebih sedikit, karena tidak menggunakan pupuk kimia maupun bahan kimia lain yang diproduksi secara industri. Akan tetapi Jepang sangat tergantung pada sumber bahan baku asal luar negeri sebagai material untuk pembuatan pupuk kompos dan organik. Dapat dikatakan bahwa padi organik yang tumbuh di Jepang bertumpu pada kesuburan tanah luar negeri. Akan tetapi pada kasus pertanian terpadu padi dan bebek, hanya diperlukan sedikit input eksternal. Gulma dan serangga dimakan oleh bebek, sedangkan bebek memberikan dampak peningkatan pertumbuhan tanaman padi. Pertanian terpadu padi dan bebek lebih kekal dan mempunyai siklus lebih baik dari pada metoda lain.

Pertanian terpadu padi, bebek dan azolla merupakan jalan kreatif untuk menciptakan siklus ekosistem produktif yang kekal.


II. PEMASARAN PADI 


Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah proses bagaimana memasrkan barang dari supplier kepada konsumen, ini adalah salah satu cara yang digunakan pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya untuk mendapatkan laba.

Menurut Kolter  dan Amstrong (2008,p6) pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagi imbalnya.
Kotler (2005, p10) juga mengatakan sebelumnya pemasaran adalah suautu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan ingin dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pohak lain.
Menurut Sunarto (2003, p6-7) pemasaran adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibuthkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk bernilai dengan pihak lain.
Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat (American Marketing Association menyebutkan definisi pasar adalah proses perencanaan dan pelaksanaan ide, barang dan jasa berikut harga, promosi, dam pendistribusiannnya untuk menciptakan transaksi yang memuaskan kebutuhan individu dan institusi.

Kesimpulan dari definisi-definisi di atas bahwa pengertian pemasaran adalah segala usaha atau aktifitas untuk menyampaikan barang atau jasa sampai ke tangan konsumen, dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan/permintaan dengan cara menukarkan barang dengan harga ataupun lainnya.

Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran menurut para ahli:
  • Menurut Stanton (2005, p22) manajemen pemasaran adalah sarana yang didayagunakan oleh bisnis untuk menjalankan konsep pemasaran.
  • Menurut Kotler dan  Amstrong (2008, p10) manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu.
Jika disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah sarana ataupun kegiatan yang direncanakan dan dilakukan oleh pasar untuk memilih dan mencapai target perusahannya.

Bauran Pemasaran
Manurut Kotler dan Amstrong (2008, p58) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taksti terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang dinginkannya di pasar sasaran.
Menurut Umar (2005, p 31-36) terdapat empat (4) variabel utama dalam bauran pemasaran yang dikenal dengan 4P yaitu:

1. Product (Produk)
Produk adalah suatu barang atau jasa yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendaptkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapt memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu, penampilan, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis dan jaminan.

2.      Price (harga)
Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk atau jasa. Dalam menentukan harga diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung. Contoh dari faktor langsung adalah bahan baku, biaya pemasaran dan faktor lainnya. Sedangkan contoh dari faktor tidak langsung adalah harga pokok sejenis yang dijual pesaing pengaruh harga terhadap hubungan antara produk substitusi, serta potongan untuk penyalur konsumen.

3.      Place (Distribusi/Tempat)
Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna dan konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial.

4.      Promotion (Promosi)
Promosi adalah bagian dari keseluruhan aktivitas perusahaan yang menangani tentang komunikasi da menawarkan produknya kepada target pasar.

Pemasaran Hasil Pertanian
Dalam pertanian pemasaran memiliki fungsi penting yaitu:
  • Fungsi Penyimpanan
Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu diangkit ke daerah pemasaran atau menunggu diolah. Pada fungsi penyimpanan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-          Jumlah stok yang dimiliki
-          Jumlah stok regional, nasional dan dunia
-          Cara-cara pengelolaan dan pembiayaan stok
-          Cara mengurangi biaya operasi penyimpanan dan pengelolaan persediaan
-          Tingkat volume stok yang efisien dan efektif
-          Perkiraan lama penyimpanan yang akan dilakukan
Biaya penyimpanan dapat ditekan dengan cara:
-          Pemberantasan hama selama penyimpanan
-          Pelaksanaan panen yang tepat
-          Perbaikan konstruksi gudang sesuai jenis dan sifat barang
-          Kandungan air dari barang yang tepat
  • Fungsi Transportasi
Fungsi transportasi berfungsi untuk melancarkan perpindahan produk dari lokasi produksi sampau ke lokasi konsumen akhir. Baiay transportasi ditentukan oleh: lokasi produksi, area pasar yang dilayani, bentuk produk yang dipasarkan, ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.
  •  Fungsi Grading dan Standarisasi
Yang dimaksud dengan fungsi grading dan standarisasi adalah untuk menyederhanakan dan mempermudah serta meringankan biaya perpindahan komoditi melalui saluran pemasaran. Grading adalah tindakan mengklasifikasi hasil pertanian menurut standardisasi yang diinginkan atau penyortiran produk-produk ke dalam satuam atau unit tertentu. Standarisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam antara pembeli dan penual, antar tempat dan antar waktu.
  • Fungsi Perikalan
Fungsi periklanan bertujuan untuk meninformasikan atau mengenalkan ke konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk. Tujuan iklan menurtu Rhenald Kasali (1995:159) biasanya dibangun atas empat komponen yaitu: aspek perlikau (tindakan-tindakan yang diharapkan pada calon pembeli), sikap yang diharapkan, yang menyangkut sikap atau keistimewaan produk, kesadaran dalam mengembangkan produk-produk baru di pasaran yang diminati pembeli, Postioning sasaran konsumen.

Pemasaran sebagai salah satu subsistem dalam kegiatan agribisnis. Dalam konsep pemasaran sekaligus tercermin kegiatan pendistribusian hasil yang memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan meliputi jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan (Tjiptono, 1998). Dalam pelaksanaan aktivitas distribusi dari produsen kepada konsumen, petani sebagai produsen seringkali harus bekerjsama dengan berbagai perantara. Perantara atau lembaga pemasaran adalah orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan organisasi satu dengan lainnya (Stanton, dkk, 1990). 
Mata rantai sistem agribisnis beras di Jawa Barat melibatkan empat subsistem, yaitu pengadaan saran produksi, pasca-panen atau penggilingan padi-beras, serta distribusi pemasaran. 
1. Subsistem Produksi 
Hal yang mendukung produksi padi adalah:
  • Penggunaan varietas unggul berlabel
  • Teknologi yang digunakan spesifik lokasi sesuai dengan konsidi agroekosistem. Penggunaan Pupuk Sp 36 sesuai dengan takaran.
  • Kemampuan petani yang baik dalam mengidentifikasi dan mengendalikan hama dan penyakit utama pada padi
  • Penggunaan air irigasi yang secukupnya
Beberapa langkah opersional untuk menghadapi kendala dalam rangka mempertahankan produksi padi:
  • Peningkatan mutu intensifikasi dengan meningkatkan penggunaan pupul SP-36 dan KCl
  • Peningkatan intesitas pertanaman di lahan sawah, baik di lahan sawah irigasi melalui gerakan hemat air dengan teknik pemberian air berselang, maupun di lahan tadah hujan dengan pengembangan irigasi pompa
  • Introduksi padi hibrida yang memiliki produktivitas 15-20% lebih tinggi
2. Subsistem Pascapanen 
Untuk menekan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu beras dapat diterapkan beberapa cara, antara lain paket teknologi produksi beras premium yang menerapkan sistem manajemen mutu melalui proses good agriclutere practices(GAP), good post-harvesting practices (GPHP) dab good milling practices (GMP) atau paket teknologi produksi beras kristal yang menggunaan sistem pemolesan atau pengkabutan
3. Subsistem Distribusi dan Pemasaran 
Sistem pemasaran beras di Jawa Barat lebih banyak menerapkan strategi pemasaran klasik, yaitu memandang pasa (konsumen) sebagai sesuatu yang homogen (serba sama). Hal ini natra lain ditunjukkan oleh pelaku agribisnis beras cenderung menerapkan startegi pemsaran dengan “menjual apa yang dihasilkan” dan hampir melupakan keadaan pasar yang heterogen (preferensi konsumen berbeda). Jika mempertimbangkan preferensi konsumen,maka petani “menjual apa yang diinginkan konsumen”. Salah satu penghambat dalam susbsistem agribisnis beras pada aspek pemasaran adalah: kualitas gabah atau beras yang rendah, harga gabah atau beras berfluktuasi, proporsi beras yang terserap oleh Dbulog rendah tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan, dan adanya indikasi masuknya beras impor secara ilegal (penyeludupan) 

Subsitem penunjang, kelembagaan petani/kelompok tani yang sudah harus dibangun dalam dimensi integrasi vertikal sistem agribisnis. Kelembagan diharapkan mampu memberikan layanan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi pelaku usaha agribisnis seperti manajemen dan kewirausahaan, permodalan dan teknologi. Maka perlu dilakukan peningkatan fungsi dan peran kelembagaan penunjang seperti penyuluhan, penelitian, dan perkreditan serta pembangunan infrastruktur.
Kebijakan terkait Pemasaran Beras 
Model agribisnis beras skala kecil-menengah di Jawa Barat hendaknya memenuhi kriteria sbb:
  • Dimulai dari unit komersial milik petani, baik dalam bentuk kelompok tani/P3A Mitra-cai, koperasi kelompok tani, koperasi agribisnis, KUD dll sebagai awal pengembangan agribisnis skala kecil menengah.
  • Berorientasi pada permintaan pasar atau preferensi konsumen
  • Menerapkan sistem mutu dan melaksanakan perbaikan paket teknologi GAP, GPHP, dan GMP secara simultan
  • Mendudukan kembali peran Bulog/Dolog sebagai lembaga pengendali harga dan perbaikan sistem distibusi beras
  • Memformulasikan kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan efesiensi pemasaran beras, mengurangi distorsi pasar serta menanggulangi penyeludupan beras.